Jumat, 02 Oktober 2015

MAKALAH AUDITING - PENERIMAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Kegiatan yang dilakukan dalam suatu audit sangat tergantung kepada perusahaan yang diaudit. Apabila klien merupakan perusahaan kecil, maka audit cukup dilakukan oleh satu atau dua orang auditor dengan waktu pengerjaan audit yang relatif tidak begitu lama, dan dengan honorarium audit yang tidak begitu besar. Namun apabila perusahaan yang diaudit adalah perusahaan besar, apalagi kalau perusahaan raksasa dengan ratusan anak perusahaan, maka dibutuhkan auditor dalam jumlah yang banyak, waktu pengerjaan audit berbulan-bulan, dan honorarium audit yang sangat tinggi. Dalam setiap audit baik audit pada perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil, selalu terdapat empat tahapan kegiatan, yaitu penerimaan penugasan audit, perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit, dan pelaporan temuan.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang tahapan kegiatan audit atas laporan keuangan yang pertama dan kedua, yaitu Penerimaan Penugasan dan Perencanaan Audit.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.         Bagaimana langkah-langkah dalam penerimaan suatu penugasan?
2.         Apa saja komponen-komponen perencanaan audit?

C.      TUJUAN
1.         Mengetahui langkah-langkah dalam penerimaan suatu penugasan.
2.         Mengetahui komponen-komponen perencanaan audit.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENERIMAAN PENUGASAN
Penerimaan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah dilakukan sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.[1]
Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan yang cukup ketat antar kantor akuntan publik untuk mendapatkan klien. Bagi suatu kantor akuntan publik, klien bisa merupakan klien baru atau klien lama (yang sudah ada) yang diharapkan akan melanjutkan memberikan penugasan audit pada tahun atau tahun-tahun berikutnya. Pergantian auditor bisa terjadi karena bebagai alasan, yaitu:
1.         Klien merupakan hasil merger (penggabungan) antara beberapa perusahaan yang semula memiliki auditor masing-masing yang berbeda. 
2.         Ada kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa professional.
3.         Tidak puas terhadap kantor akuntanpublik yang lama.
4.         Ingin mencari auditor dengan honorarium audit yang lebih murah.
5.         Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.

Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit laporan keuangan yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila auditor memutuskan untuk menerima suatu penugasan audit, maka auditor harus memikul tanggungjawab profesional terhadap masyarakat, klien, dan terhadap anggota profesi akuntan publik yang lain. Auditor harus menjaga kelangsungan kepercayaan masyarakat terhadap profesi dengan menjaga independensi, integritas, dan obyektivitas. Terhadap anggota lain seprofesi, auditor bertanggungjawab untuk turut meningkatkan dan menjaga nama baik profesi, serta meningkatkan kemampuannya dalam memberi pelayanan kepada masyarakat. Pertimbangan dalam memutuskan untuk menerima penugasan juga berhubungan langsung dengan kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan seperti diminta oleh standar auditing serta kode etik akuntan.
Perikatan adalah kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit adalah pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien atau untuk menghentikan atau melanjutkan perikatan audit dari klien berulang.[2]
Di bawah ini adalah langkah-langkah penerimaan penugasan audit, antara lain:
1.         Mengevaluasi Integritas Manajemen
Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas manajemen adalah:
a.    Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu
Bagi klien yang pernah diaudit oleh auditor lain, pengetahuan tentang manajemen klien yang dimiliki oleh auditor pendahulu merupakan informasi penting bagi auditor pengganti. Sebelum menerima penugasan, PSA No.16, Komunikasi Antara Auditor Pendahulu dengan Auditor Pengganti (SA 315.02), mengharuskan auditor pengganti untuk berkomunikasi dengan auditor pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam berkomunikasi, auditor pengganti harus mengajukan pertanyaan yang spesifik dan wajar mengenai berbagai hal yang berpengaruh atas pengambilan keputusan menerima atau penolak penugasan, seperti :
1)   Meminta keterangan kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang spesifik.
2)   Menjelaskan kepada calon klien tentang perlunya auditor pengganti melaksanakan komunikasi dengan auditor pendahulu dan meminta persetujuan dari klien untuk melakukan hal itu.
3)   Mempertimbangkan keterbatasan jawaban yang di berikan auditor pendahulu. Maka auditor pengganti harus mempertimbangkan pengaruhnya dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan audit dari calon klien.[3]

b.    Meminta keterangan kepada pihak ketiga
Informasi tentang intregrasi manajemen dapat diperoleh dengan meminta keterangan kepada penasehat hukum, pejabat bank, pengganti manajemen yang diberitahukan di surat kabar bisnis, review terhadap laporan audit tahun sebelumnya yang di simpan di Bapepam, dan pihak lain dalam masyarakan keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan calon klien. Kamar Dagang Indonesian (KADIN) dapat juga di pakai sebagai sumber informasi untuk mengevaluasi intregitas manajemen. 

c.    Mereview pengalaman auditor di masa lalu dengan klien
Sebelum mengambil keputusan untuk melanjutkan penugasan dengan klien audit, auditor harus mempertimbangkan secara cermat pengalaman hubungan kerja dengan manajemen klien di masa lalu. Misalnya, auditor perlu mempertimbangkan adanya kekeliruan atau kecurangan dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien yang ditemukan dalam audit atas laporan keuangan tahun yang lalu. Dalam audit tahun lalu, auditor mengajukan berbagai pertanyaan kepada manajemen tentang adanya hal-hal bersyarat, kelengkapan notulen rapat dewan komisaris, kepatuhan klien terhadap peraturan pemerintah.

2.         Mengidentifikasi Keadaan Khusus dan Risiko Tidak Biasa
Hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima penugasan dalam tahap ini antara lain:
a.    Mengidentifikasi pemakaian laporan audit
Bapepam, badan pengaturan, bank dan lembaga keuangan lain, pemegang saham, dan pasar modal adalah pemakai utama laporan audit. Perusahaan publik yang sebagian kepemilikannya berada di tangan masyarakat melalui mekanisme pasar modal berbeda tuntutan atas jasa audit dibandingkan dengan perusahaan perorangan dan PT tertutup.

b.    Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa depan
Jika suatu saat auditor mendapat informasi bahwa klien sedang manghadapi tuntutan pengadilan, ada kemungkinan auditor akan terlibat dalam perkara pengadilan yang dihadapi oleh calon kliennya tersebut. Oleh karena itu, auditor dapat mempertimbangkan untuk menolak perikatan audit dari klien.

c.    Mengevaluasi auditabilitas perusahaan klien
Informasi tentang dapat atau tidaknya laporan keuangan calon klien diaudit dapat diketahui dari ketersediaan catatan akuntansi penting, ketersediaan dokumen pendukung transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi, memadainya pengendalian intern yang diterapkan dalam perusahaan calon klien, pembatasan-pembatasan yang akan dikenakan oleh calon klien kepada auditor dalam proses yang akan dilaksanakan.[4]

3.         Menilai Kemampuan Untuk Memenuhi  Standar Umum Auditing
Penilaian kemampuan memenuhi standar umum terdiri dari 3 tahap:
a.    Penentuan kompetensi untuk melaksanakan audit
Standar umum pertama menuntut kompetensi teknis auditor dalam melaksanakan penugasan audit. Standar tersebut menegaskan bahwa betapapun kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam standar tersebut. Ada dua langkah yang  dilakukan untuk menentukan kompetensi dalam melaksanakan audit:
1)   mengindentifikasi tim audit yang diperlukan
2)   mempertimbangkan perlunya konsultasi dan tenaga spesialis

b.    Pengevaluasian Independensi
Standar umum kedua menuntut sikap mental independent auditor dalam melaksanakan audit . Standar  tersebut  mengharuskan auditor besikap independent,artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.

c.    Penentuan kemampuan melaksanakan audit secara cermat dan seksama
Standar umum ketiga menyatakan bahwa dalam  pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

4.         Menyiapkan Surat Penugasan Audit
Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya. Surat ini berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan :
a.    penerimaan auditor atas penunjukan oleh klien
b.    tujuan dan lingkup audit
c.    luas tanggung jawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya  dan tanggung jawab menejemen atas informasi keuangan
d.    kesepakatan mengenai reproduksi laporan keuangan auditan
e.    kesepakatan mengenai bentuk laporan yang akan diterbitkan auditor untuk menyampaikan hasil penugasan
f.     fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan ketidak beresan meterial tidak akan terdeteksi
g.    kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalam struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditordalam auditnya
h.    akses ke berbagai catatan dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam kaitannya dengan audit.
i.      kesepakatan mengenai dasar penentuan fee audit

Cara Dasar Penentuan Fee Audit
Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan penugasan. Ada beberapa cara dalam penentuan fee audit, diantaranya:
1.         Per diem basis; pada cara ini fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan oleh tim auditor.
2.         Flat atau kontrak basis; pada cara  ini fee audit dihitung  sekaligus secara borongan tanpa memperhatikan waktu audit yang dihabiskan.
3.         Maksimum fee audit; cara ini merupakan gabungan dari kedua cara diatas. Pertama kali tentukan tarif per jam kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu tetapi dengan batasan maksimum.

Faktor-Faktor Penentu Besarnya Fee Audit
1.         Karakteristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva, modal dan lain-lain.
2.         Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional dan lain-lain.
3.         Karakteristik operasi, seperti jenis industri, jumlah lini produk dan lain-lain.
4.         Kegiatan eksternal auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi dengan internal auditor dan lain-lain.[5]

B.       PERENCANAAN AUDIT
Tahap perencanaan audit merupakan suatu tahap yang vital dalam audit. Kesuksesan audit sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara matang. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit. Perencanaan audit sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan penerimaan penugasan audit. Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai intergritas manajemen, kekeliruan dan ketidak beresan dan pelanggaran hukum klien dalam merencanakan audit. Luas dan kelengkapan perencanaan sangat tergantung pada :
1.         ukuran dan kompleksitas perusahaan klien,
2.         pengalaman auditor dengan klien,
3.         pengetahuan dan kemampuan auditor beserta  seluruh stafnya.

Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien.[6] Dalam perencanaan audit terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan:
1.         Menghimpun Pemahaman Bisnis Klien Dan Industri Klien
Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor. Pemahaman tersebut akan digunakan untuk merencanakan lingkup audit, memperkirakan masalah-masalah yang mungkin timbul dan menentukan atau memodifikasi prosedur audit yang direncanakan. Hal yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah sebagai berikut:
a.    jenis bisnis dan produk klien,
b.    lokasi dan karakteristik operasi klien seperti metoda produksi dan pemasaran,
c.    jenis dan karakteristik industri,
d.   eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungn erat dengan klien misalnya sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company,
e.    peraturan pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien,
f.     karakteristik laporan yang harus diberikan kepada instansi tertentu.

Pemahaman auditor tentang bisnis klien dan industri klien dapat diperoleh melalui:
a.    Mereview kertas kerja tahun lalu
Dalam penugasan audit ulangan, auditor bisa memperoleh pengetahuan tentang klien dengan mereview kertas kerja tahun lalu. Selain itu, kertas kerja menunjukkan masalah-masalah yang mucul dalam audit pada tahun lalu yang mungkin akan berlanjut pada tahun-tahun selanjutnya. Bagi klien baru, kertas kerja yang disusun auditor pendahulu bisa membantu. Klien harus memberi ijin pada auditor pengganti untuk mereview.

b.     Mereview data industri dan data bisnis klien
Untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis klien, auditor bisa:
1)   mereview anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan,
2)   membaca notulen rapat dewan komisaris dan dewan direksi untuk mendapatkan informasi-informasi tertentu,
3)   analisis laporan keuangan tahunan dan interim, laporan pajak penghasilan, dan laporan ke instansi-instansi terkait,
4)   mempelajari berbagai peraturan pemerintah yang relevan,
5)   membaca kontrak-kontrak yang belanjut,
6)   membaca publikasi-publikasi yang berkaitan dengan industri dan perdagangan untuk mempelajari perkembangan bisnis dan industri mutahir.

c.    Melakukan peninjauan ke tempat operasi klien
Dari peninjauan langsung ke pabrik, auditor akan mengetahui tata-letak pabrik, proses operasi (produksi), fasilitas pergudangan, dan hal-hal yang bisa menimbulkan masalah. Selama peninjauan ke kantor, auditor akan mendapat pengetahuan tentang jenis dan lokasi catatan akuntansi dan kebiasaan kerja para karyawan.

d.    Mengajukan pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit
Komite audit dari dewan komisaris bisa memberi penjelasan penting kepada auditor mengenai bisnis dan industri klien. Komite audit juga bisa memberi informasi kepada auditor tentang perubahan-perubahan penting dalam manajemen perusahaan dan struktur organisasi.

e.    Mengajukan pertanyaan pada manajemen
Pertanyaan yang diajukan kepada manajemen bisa menyangkut mengenai luas dan saat keterlibatan personil klien dalam pembuatan daftar-daftar dan analisis untuk auditor..

f.     Menentukan adanya hubungan istimewa
Prinsip akuntansi yang berlaku umum mencakup keharusan membuat pengungkapan khusus dan dalam hal tertentu menetapkan perlakuan akuntansi khusus, untuk transaksi-transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

g.    Mempertimbangkan dampak dari pernyataan akuntansi dan auditing tertentu yang relevan.[7]

Ada tiga alasan utama mengapa auditor merencanakan penugasan dengan tepat antara lain:
a.    Untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi pada situasi yang dihadapi.
b.    Untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar.
c.    Untuk menghindari kesalah pahaman dengan klien.

Perancangan audit awal melibatkan empat hal, yang semuanya harus dilakukan terlebih dahulu dalam audit. Keempatnya adalah sebagai berikut:
a.    Auditor harus memutuskan apakah akan menerima seorang klien baru atau melanjutkan pelayanan untuk klien yang telah ada sekarang.
b.    Auditor harus mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
c.    Auditor memperoleh pemahaman klien tentang cara-cara penugasan untuk menghindari kesalahpahaman. 
d.   Dipilihnya staf untuk penugasan, termasuk bila dibutuhkannya spesialis audit.[8]

2.         Melakukan Prosedur Analitis
Prosedur Analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan. Prosedur analitis meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.
Penggunaan prosedur analitis dalam tahapan perencanaan audit yang efektif, meliputi tahapan-tahapan sistematis sebagai berikut :
a.    Mengidentifikasi perhitungan/Perbandingan yang akan dibuat
Prosedur analisis yang digunakan dalam perencanaan bisa berbeda-beda tergantung pada besarnya kompleksitas perusahaan klien, ketersediaan data, dan pertimbangan auditor. Jenis perhitungan-perhitungan dan perbandingan yang umum digunakan meliputi, perbandingan data absolut, analisis vertikal, analisa rasio dan analisis trend.

b.    Mengembangkan ekspektasi atau harapan
Dalam mengembangkan ekspektasi ini, selain digunakan data keuangan, juga digunakan data non-keuangan. Sumber informasi yang digunakan untuk mengembangkan harapan antara lain:
1)   Informasi keuangan klien periode-periode yang lalu dengan mempertimbangkan perubahan yang diketahui.
2)   Hasil antisipasi berdasarkan anggaran formal dan peramalan.
3)   Hubungan antara elemen-elemen informasi keuangan pada suatu periode.
4)   Data industri.
5)   Hubungan antara informasi keuangan dengan informasi non-keuangan yang relevan.[9]

c.    Melakukan perhitungan/perbandingan
Tahap ini menyangkut pengumpulan data yang akan digunakan untuk menghitung jumlah-jumlah absolut dan selisih persentase antara jumlah tahun ini dengan jumlah tahun yang lalu, menghitung data common-size , rasio-rasio, dan sebagainya.

d.   Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
Bagian penting dari analisis adalah identifikasi fluktuasi dalam data yang tidak diharapkan atau tidak ada fluktuasi yang diharapkan yang bisa memberi petunjuk meningkatnya risiko tersajinya salah saji. Elemen yang paling kritis dalam proses ini adalah memutuskan besarnya selisih atau fluktuasi yang akan diselidiki lebih lanjut.

e.    Menyelidiki selisih tak diharapkan yang signifikan
Selisih tak diharapkan harus diselidiki. Hal ini biasanya menyangkut peninjauan kembali metode dan faktor-faktor yang digunakan dalam mengembangkan ekspektasi dan mengajukan pertanyaan kepada manajemen.

f.     Menentukan pengaruh atas perencanaan audit
Selisih signifikan yang tidak dapat dijelaskan alasan terjadinya, harus dipandang sebagai indikasi kenaikan risiko salah saji dalam rekening atau rekening-rekening yang tercakup dalam perhitungan atau perbandingan. Dalam keadaan demikian, auditor biasanya akan melakukan pengujian yang lebih mendalam atas rekening tersebut. Dengan mengarahkan perhatian auditor pada tempat-tempat yang memiliki risiko besar, prosedur analisis bisa memberikan kontribusi yang besar pada pelaksanaan audit yang lebih efektif dan efisien.

Prosedur analitis dalam auditing digunakan dengan tujuan-tujuan:
a.    Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit lainnya.
b.    Pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu (berhubungan dengan saldo rekening atau jenis transaksi).
c.    Review menyeluruh informasi keuangan dalam laporan keuangan setelah diaudit.

Prosedur analitis dapat membantu auditor dalam perencanaan dengan cara :
a.    Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien.
b.    Mengidentifikasi hubungan-hubungan yang tidak biasa dan fluktuasi yang tidak diharapkan dalam data yang bisa menunjukkan bidang-bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko salah saji.[10]



BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan:
1.         Sebelum menerima suatu penugasan, auditor harus memastikan bahwa penugasan tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan semua standar profesional, termasuk standar auditing, kode etik akuntan, dan standar pengendalian mutu.
2.         Tahap-tahap penting dalam penerimaan suatu penugasan meliputi: evaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi keadaan-keadaan khusus dan resiko tak biasa, menentukan kompetensi, menilai independensi, menentukan bahwa pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cermat dan teliti, serta menerbitkan surat penugasan.
3.         Penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan yang cukup sulit dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif. Tahapan-tahapan perencanaan meliputi pekerjaan mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industri klien dan melaksanakan prosedur analitis.

B.       SARAN
Dalam makalah ini penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga bisa menambah wawasan pembaca. Di sini penulis juga minta maaf kepada pembaca jika ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini atau ada persepsi yang berbeda dari pembaca, kami harap untuk dapat dimaklumi.
Selain itu kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kami sebagai penulis bisa memperbaikinya untuk masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Haryono. 2001. Auditing. Yogyakarta : Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Erlangga.

http://morethanstorylife.blogspot.co.id/2014/04/auditing.html/ diakses pada 01/10/2015, pukul 14.42 WIB




[1] Haryono Jusup, Auditing, (Yogyakarta : Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2001), hlm. 169.
[2] Mulyadi, Auditing, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2002), hlm. 122.
[3] Ibid, hlm. 123-124.
[4] Ibid, hlm. 125-126.
[5] http://morethanstorylife.blogspot.co.id/2014/04/auditing.html/ diakses pada 01/10/2015, pukul 14.42 WIB.

[6] Haryono jusup, Op cit, hlm. 170.
[7] Haryono Jusup, hlm. 187.
[8] Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley, Auditing dan Jasa Assurance, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 270.
[9] Mulyadi, Op cit, hlm. 140.

0 komentar:

Posting Komentar